Bagaimana Menerjuni Dunia Entrepreneur

Apakah Anda mau dan ingin menerjuni dunia bisnis, sekarang atau nanti? Jawabnya harus mau dan ingin. Sepertinya jawaban itu cukup memaksa Anda untuk mulai memikirkan tentang fenomena berikut ini.

Jika Anda bekerja pada orang lain, adalah baik jika Anda mempertimbangkan untuk terus meniti karir sampai ke puncak. Tapi sebagai pekerja, Anda juga pasti akan pensiun.

Jika Anda mengikuti pola dan alur pensiun yang normal dan alamiah, maka ketahuilah bahwa saat Anda pensiun, Anda juga pada dasarnya pensiun dari semua pemberi kerja, bukan hanya dari pemberi kerja Anda saat ini. Terlebih lagi, jika pola “normal” dan “alamiah” itu erat kaitannya dengan usia produktif.

Akan cukup sulit bagi Anda, setelah pensiun di usia 30, 40, atau bahkan 50 tahun, menemukan pemberi kerja yang mau mempekerjakan Anda. Dan sangat mungkin, Anda sendiri pun akan bosan dengan lagi-lagi bekerja untuk orang lain.

Apa yang pasti adalah; Anda jelas tak ingin setelah pensiun langsung mati. Sisa usia Anda mungkin masih 10, 20, atau malah 50 tahun juga.

Jadi, mau tidak mau, ingin tak ingin, Anda juga harus mulai berpikir tentang menerjuni dunia entrepreneur, baik sesegera mungkin atau segera setelah Anda pensiun.

Di Workshop E.D.A.N. kemarin, saya sempat berdiskusi ringan dengan salah seorang peserta yang menjadi founder, moderator, dan pembina di sebuah komunitas entrepreneurship. Dari diskusi itu, beberapa pelajaran bisa ditarik berkaitan dengan apa dan bagaimana seseorang bisa menerjuni dunia entrepreneur.

Saya kemudian mencoba memikirkannya sedikit lebih dalam, dan berikut inilah yang bisa saya temukan tentang tipe-tipe entrepreneur yang memulai dunia entrepreneurshipnya.

Early Birds

Inilah tipe entrepreneur yang sejak awal telah memproyeksikan dirinya menjadi entrepreneur. Mereka telah mempertimbangkan dunia entrepreneur sejak mereka masih di bangku sekolah. Bagaimanapun situasi dan keadaan sekolah mereka, cita-cita mereka setelah lulus adalah menjadi entrepreneur.

Mereka mungkin sudah mulai berbisnis sejak di sekolah. Atau mereka secara mandiri mempelajari dunia entrepreneurship.

Maka bagi mereka, siap tidak siap nantinya setelah selesai bersekolah, mereka tidak ingin bekerja pada orang lain, tapi sebaliknya berkeinginan besar menjadi pemberi kerja.

Beberapa dari mereka, bahkan tidak sempat menyelesaikan sekolahnya karena kesibukannya berbisnis.

Secara pribadi, saya sangat mengidam-idamkan keadaan di mana anak-anak Indonesia, sudah mulai diperkenalkan dengan dunia entrepreneurship sejak masih SMP atau SMU.

Alangkah bagusnya jika di SMP atau SMU, kita bisa melihat keberadaan radio sekolah, televisi sekolah, koran sekolah, majalah sekolah, koperasi sekolah, atau divisi bisnis sekolah, yang dikelola dengan profesional oleh anak-anak muda berusia belasan tahun.

Smooth Lander

Mereka adalah para profesional yang terus mengasah kemampuannya, sembari meniti karir ke jenjang yang setinggi-tingginya. Mereka menantikan peluang emas di mana para pemodal mau memberi mereka kesempatan untuk menjalankan sebuah bisnis.

Fenomena yang paling umum terjadi adalah pemupukan sumber daya dalam bentuk tabungan dan investasi yang menghasilkan berbagai macam passive income. Kita mengenal mereka sebagai orang-orang yang akrab dengan tantenya yaitu “Bude Ros”.

Amphibi

Mereka adalah para profesional muda yang penuh dengan semangat, tapi cukup berhati-hati dalam menjalani petualangan bisnis.

Segera setelah memungkinkan, setelah berbagai kebutuhan dasar terpenuhi, mereka mulai melakukan berbagai bentuk gerilya. Mulai dari yang kurang mulus seperti ngobyek atau mencuri waktu dan kesempatan, atau yang cukup elegan dengan mulai membangun bisnis rumahan, bisnis online, atau bisnis jaringan.

Mereka mungkin membiayai keluarganya untuk mengoperasikan sebuah bisnis pemula. Mereka juga mungkin membuka kios atau memanfaatkan garasi rumahnya. Mereka juga mungkin membangun aliansi dengan teman sekerja, mendirikan perusahaan baru yang belum diterjuninya secara total.

Mereka akan segera menerjuni bisnis secara total, manakala berbagai parameter dan persyaratan pribadi mereka dianggap sudah terpenuhi. Misalnya punya cadangan yang setara dengan dua tahun gaji mereka selama ini, atau sudah punya sumber lain yang ajeg dan tetap, dan sebagainya.

Free Diver

Yang ini adalah benar-benar petualang. Mereka tak terlalu peduli tentang keamanan posisi cadangan dan sumber daya. Mereka benar-benar mengandalkan impian dan kekuatan kemauan. Mereka hanya tahu satu hal, yaitu keinginan, cita-cita, atau obsesi dan idealisme mereka.

Ships Burner

Mereka adalah orang-orang yang sejak dini telah membaktikan hidupnya untuk dunia bisnis. Bisa jadi, mereka bahkan tidak pernah mengenyam bangku pendidikan formal. Sekolah mereka adalah dunia bisnis yang nyata.

Mereka bergerak dan mengoperasikan bisnis demi bisnis. Jika sebuah bisnis belum berjalan sesuai harapan, mereka tak akan segan meninggalkannya dan menerjuni dunia bisnis yang lain, sekalipun dunia bisnis baru itu masih cukup gelap bagi mereka.

Jika sebuah bisnis ternyata membawa kebangkrutan atau tidak berkembang, setelah merasa cukup berupaya menyelamatkannya, dan itu tidak dianggap berhasil, mereka tak akan segan-segan “membakar” kapal mereka. Mereka akan membangun kapal yang baru, dan segera mengarungi samudera kembali.

Slow Surfer

Mereka adalah para pebisnis yang meyakini peribahasa “sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit”.

Mereka tidak ragu membangun bisnis yang dianggap orang lain kecil atau remeh. Mereka lebih berfokus pada pola pembelajaran. Mereka meyakini bahwa sekecil apapun itu, jika ditekuni pasti akan membawa hasil.

Revolusionist

Mereka adalah orang-orang yang sedikit banyak punya jiwa penjudi (dalam konteks positif tentu saja). Mereka meyakini yang satu ini: “Hanya diperlukan satu kesuksesan, untuk menciptakan rentetan kesuksesan sampai tujuh turunan”.

Pelajarilah semua tipe di atas, refleksikan pada diri Anda. Jika Anda telah menemukan yang mana tipe Anda, maka mulailah melakukan modelling dengan konsep ATM. Amati, Tiru, Modifikasi.

Semua tipe-tipe entrepreneur di atas bukanlah harga mati. Sebab Anda, sangat mungkin menemukan dan mengembangkan tipe dan cara Anda sendiri, untuk menjadi pebisnis yang sejati.

Author: Ikhwan Sopa – Master Trainer E.D.A.N.
Source: http://www.andriewongso.com

Belajar Dasar-Dasar Bermain Saham:Mengenal Investasi

Ada lagi nih artikel bisnis investasi…, jangan bosen-bosen baca ya.., semua tips n trik ada di sini,

Seperti yang sudah saya janjikan sebelumnya pada Pengantar Belajar dasar-dasar bermain saham, sekarang saya akan memberikan sebuah materi yang paling mendasar sebelum Anda benar-benar terjun kedalam pasar modal…

Apakah itu?? tidak lain dan tidak bukan adalah materi tentang mengenal investasi, mungkin Anda merasa kecewa kenapa tidak langsung ke fundamental analysis atau technical analysis dan sebagainya… Tapi saran saya bagi Anda, janganlah terburu-buru, kesuksesan tidak datang dengan instan, tapi harus melalui sebuah proses karena proses itulah kesuksesan yang Anda dapatkan akan menjadi lebih bermakna…

Bagi Anda yang merasa sudah mengetahui materi ini, silahkan langsung menuju ke materi berikutnya [sementara ini tunggu dulu ya :p].. Dan bagi Anda yang masih ingin membaca, bahkan belum mengetahuinya kita stop basa-basinya dan langsung ke materi…

Pengertian Investasi

Investasi atau dalam bahasa inggris disebut investment adalah sebuah pilihan bagi seseorang atau kelompok orang untuk ‘mempertaruhkan’ tabungannya dengan tujuan untuk mendapatkan tambahan (balik modal), yang tentunya diusahakan lebih besar daripada pengorbanan yang dilakukan. Orang yang berinvestasi disebut investor. Baca lebih lanjut

Menjadi Kaya dari Pasar Modal

Saya dapet artikel menarik ni…, Kaya dari Pasar Modal. Dan nantinya akan saya follow up dengan artikel seluk beluk bisnis pasar modal.

Kondisi tersebut berbeda dengan masyarakat di negara maju. Pasar modal di sana berkembang karena masyarakatnya sudah terbiasa merencanakan masa depannya, termasuk masa depan harta bendanya. Kegiatan investasi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat negara maju. Mereka juga sudah terbiasa berinvestasi di pasar modal, sedangkan perusahaan yang memanfaatkan dana pasar modal itu bisa maju, karena adanya suntikan dana masyarakat tersebut.

Berdasarkan data yang dirilis Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun lalu, jumlah investor lokal di bursa Malaysia telah mencapai 13% dari populasi penduduknya. Di Jepang sebesar 20%, Singapura 33% dan Amerika Serikat mencapai 32%. Sedangkan jumlah investor lokal di pasar modal Indonesia baru sekitar 0,03% dari populasi penduduk Indonesia yang mencapai 210 juta jiwa. Ini karena mayoritas masyarakat Indonesia masih menyukai berinvestasi di sektor perbankan dan investasi konvensional lainnya.
Padahal, menurut Direktur PT Schrooders Investment Indonesia Michael Tjoajadi, berinvestasi di pasar modal itu bisa membuat kaya, karena masyarakat yang mengeluarkan dananya untuk membeli saham berarti membeli perusahaan. “Bisa menjadi kaya dari pasar modal. Kalau hanya terpaku pada produk perbankan, itu pemiskinan,” katanya saat diskusi Investasi di Pasar Modal, pekan lalu.
Pasalnya, suku bunga yang diberikan kepada mereka yang menitipkan dananya di perbankan itu kecil, bahkan di bawah inflasi. Padahal, filosofi investasi yang berhasil itu adalah jika tingkat keuntungannya berada di atas inflasi. Berinvestasi di saham memang memberikan potensi keuntungan yang besar. Potensi keuntungannya berupa capital gain dan dividen. Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga beli saham dengan harga jualnya. Sedangkan dividen adalah bagian keuntungan yang diterima pemegang saham setiap tahun atas laba yang diperoleh oleh perusahaan.
Di pasar modal, return atau tingkat pengembalian investasi dimungkinkan mencapai 20%-40% per tahun bagi yang tepat memilih saham. Tentu saja, potensi keuntungan yang tinggi itu dibarengi dengan risiko yang besar pula.
Tapi, mungkinkah menjadi kaya dari pasar modal? “Mungkin saja. Asalkan investor itu mau belajar. Di pasar modal itu juga terdapat produk-produk yang baik,” tambah analis pasar modal Edwin Sinaga.

Tip berinvestasi saham versi Michael Tjoajadi
• Membeli saat harga turun dan menjual saat harga tinggi
• Membeli saham secara bertahap dan sedikit demi sedikit
• Membeli saham dari perusahaan yang fun-damental baik
• Tidak terpancing oleh fluktuasi harga. Lakukan analisis fun-damental dan informasi
• Sabar, karena investasi di saham membu-tuhkan waktu untuk memetik hasilnya

Jadi investor, menurut Edwin, jangan malas belajar. Masyarakat yang mau belajar juga tidak rentan tertipu oleh produk investasi yang menjanjikan tingkat keuntungan menggiurkan, seperti kasus Dressel Investment, dan Qisar.
Tipikal produk
Salah satu pembelajaran yang penting diketahui oleh investor adalah mengenal tipikal produk investasi dan potensi risikonya. Pengetahuan terhadap risiko itu bakal membantu memperkecil kemungkinan salah investasi.
Dalam berinvestasi, Michael menyarankan investor di pasar modal harus melihat prospek jangka panjang. Alasannya, kalau investor hanya berorientasi jangka pendek, maka yang dilihat hanya kerugiannya saja.
Dia mencontohkan, saat indeks harga saham gabungan (IHSG) BEJ tinggi seperti sekarang ini, investor yang membeli saham saat harganya masih rendah, tentu akan memetik keuntungan.
Sebaliknya, investor yang membeli saham saat harganya sudah tinggi akan berpikiran merugi. Padahal, Michael mengingatkan fluktuasi indeks atau harga saham itu hal yang biasa saja.
Karena itu, sarannya, investor sebaiknya membeli saham saat harganya masih rendah dan menjual saat harganya tinggi. Nasihat lainnya, investasi membeli saham itu sebaiknya dilakukan bertahap atau sedikit demi sedikit, mengingat kita tidak tahu kapan harga saham itu berada dititik terendah.
Kalau membeli saham saat harganya merosot tajam, menurut dia, hal itu berbahaya. Sebab, jelasnya, harga saham yang anjlok itu bisa jadi mengindikasikan sedang ada masalah dalam perusahaan.
“Jadi, membeli saham yang harganya sedang turun, dengan membeli saham murah itu beda maknanya,” ujar dia. Karena itu, dia menekankan agar masyarakat membeli saham dari perusahaan yang baik saja. Caranya, investor harus melihat fundamental perusahaan, menganalisis informasi, sabar dan mengasah ketrampilan investasinya.
Pergerakkan IHSG menjadi salah satu informasi yang penting dianalisis oleh investor. IHSG yang berfluktuasi itu, kata Kepala Divisi Riset Ekuiti PT Mega Capital Indonesia Felix Sindhunata, hendaknya ditanggapi secara wajar oleh investor.
Harga saham unggulan seperti Telkom sekalipun, ungkapnya, bisa terkoreksi. Tapi, investor yang membeli saham kategori unggulan, tambahnya, risiko kerugiannya lebih kecil.
Tahun ini, Mega Capital memprediksikan IHSG akan berada di level 2.300-2.500. Pasar saat ini dinilai dalam kondisi yang strategis untuk investasi. Namun, kesediaan investor untuk belajar sebagaimana dikatakan oleh Michael, Edwin dan Felix itu penting bagi mereka yang ingin berinvestasi di produk pasar modal. Cara belajarnyapun beragam.
Saat ini, buku investasi banyak ditemui di pasaran. Melihat film berjudul Boiler Room, Rogue Trader dan Wall Street, juga bisa menjadi sarana untuk memahami trik-trik berinvestasi.
Suli H. Murwani sumber : Bisnis Indonesia